MERDEKA BELAJAR RA/TK
######################################
Dalam konteks pendidikan anak usia dini, Merdeka Belajar itu adalah Merdeka Bermain. Karena bermain adalah belajar. Nah ini merupakan sebuah tema yang penting untuk anak usia dini yang harus terus kita kuatkan, karena kita ingin melawan miskonsepsi-miskonsepsi untuk anak usia dini, Miskonsepsi yang sering kita lihat adalah bahwa pendidikan untuk anak usia dini ini terlihat hanya untuk membaca, menulis, berhitung, calistung. Padahal ini berbeda sebenarnya dengan ilmu pendidikan anak usia dini yang harus lebih menguatkan aspek yang lebih integratif dan yang lebih melakukan bermain" kata Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril. Kalau kita lihat dari filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa berpusat kepada anak, bagaimana anak itu menjadi hal yang terpenting dalam proses pendidikan, itu juga merupakan hal yang bisa menjadi pegangan kita.
“Ki Hajar kan menggunakan kata-kata taman ya, Taman Siswa, Taman Guru, karena beliau melihat proses pendidikan itu bukan hanya PAUD, tapi secara umum itu adalah sebuah tempat yang menyenangkan,”
Miskonsepsi bahwa tanggung jawab untuk pendidikan sekolah termasuk dalam anak usia dini (PAUD, TK/RA), biasanya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, padahal yang ideal sebenarnya ada sinergi antara orang tua dan komunitas dalam berkolaborasi dalam pendampingan anak. Salah satu prinsip belajar yang diyakini mumpuni atau tingkat efektifitasnya adalah guru sebaga fasilitator selain sebagai pendidik. proses belajar yang baik pemikirannya maupun tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada peserta didik, akan menghasilkan output belajar yang dikuasai utuh dan terekam kuat.
Untuk
mengekspresikan diri secara merdeka tanpa harkat perbedaan usia atau guru-siswa
dalam berkomunikasi. Bahkan seorang anak imut dapat memanggil nama kecil
seorang dewasa tanpa beban. Hal itu karSungguh suatu percakapan antara orang
dewasa dengan anak usia 4 tahunan yang setara dan adil serta tanpa beban.
Tantangan kita adalah bagaimana membantu mereka menjadi pemimpin bagi dirinya, membantu mengeksplorasi kehebatan potensi mereka, menemukan keindahan dan keragaman talenta mereka, dengan memberikan kemudahan dan rasa kebanggaan bagi mereka untuk menempuh jalan itu secara merdeka. Jawabnya, mereka harus sudah mulai belajar merdeka sejak usia dini. Peserta didik setingkat Raudhatul Atfal (RA) menggambarkan liku-liku anak usia dini dalam perjuangannya untuk belajar merdeka sehingga kelak mereka nantinya menemukan jati dirinya sendiri.
Siswa dapat belajar merdeka untuk berinisiatif dan melakukan kegiatan kreatif dalam proses pembelajaran. Hal itu didukung oleh fakta bahwa perkembangan anak pada usia 0-5 tahun tergolong the golden age. Itulah masa terbaik perkembangan fisikal, emosional, dan intelektual anak yang sangat menentukan perkembangan masa depannya. Pengalaman yang terjadi pada masa itu akan terekam kuat di alam bawah sadar mereka dan kemungkinan besar akan mempengaruhi sikap dan perilakunya di kemudian hari. Demikian pula, sistem saraf yang merupakan salah satu bagian dari sistem koordinasi dan mengatur aktivitas tubuh melalui rangsangan. Sel saraf (neuron) konon akan berkembang lebih besar 20% daripada keadaan normal jika dirangsang dengan pendidikan dan pengetahuan secara tepat dan berkelanjutan. Pada periode ini, kecerdasan manusia berkembang sebesar 50% pada usia 4 tahun. Kemudian kecerdasan tersebut berkembang 80% pada usia 8 tahun dan akan mencapai puncak tertingginya pada usia 18 tahun.
Dengan potensi kecerdasan yang begitu besar, anak-anak sudah dapat dibiasakan untuk mulai berinisiatif dalam mengenal dan melatih kemampuan dirinya. Anak-anak juga dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, bergaul dengan temannya, baik di lingkungan sekolah maupun kelompok bermainnya, menjelajah tempat baru, bermain, meniru keterampilan atau perilaku tertentu yang baik. Di samping itu anak-anak juga membiasakan dan mengkondisikan mereka untuk untuk mengembangkan petualangan berfikir mereka secara bebas dan kreatif. Sehingga mereka dapat menjadi aset masa depan bangsa ini yang lebih baik.
Pendidikan Karakter RA
Bagaimana penerapan pendidikan karakter di RA?
Dalam mendidik, kita mengantar dan menolong anak untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya. Hal ini tidak lain agar mereka menjadi manusia yang mandiri dan dewasa.
Guna mewujudkannya diawali rutinitas sehari-hari. Begitu anak didik datang, kaitannya dengan penanaman karakter, guru menyambut anak dengan jabat tangan atau bersalaman.
Jabat tangan tersebut merupakan karakter yang baik,
kebiasaan yang baik, sampai nanti di dalam kelas setiap kegiatan apapun
anak meminta izin. Misal ketika hendak ke belakang atau mau meminjam
apapun, anak mengucapkan “Tolong”, “Maaf”, dan “Terima kasih”. Tiga kata
itu selalu kita tanamkan pada mereka.
Untuk pendidikan karakter yang umum memang kaitannya dengan perkembangan pergaulan anak-anak. Jika tidak sejak dini ditanamkan kebiasaan yang baik akan mempengaruhi banyak faktor. Pendidikan karakter jika tidak sejak dini ditanamkan juga akan berpengaruh pada lingkungan, budaya.
Apa tujuan minimal dari pendidikan karakter?
Yang perlu ditekankan, tujuan dari pendidikan karakter, salah satunya, minimal anak bisa sopan santun, kini dan ke depannya. Sopan santun ditanamkan dari awal berkarakter sampai nanti kelak dewasa. Penanaman karakter dilakukan juga dalam mata pelajaran agama, yang diawali perilaku senyum, sapa, dan salam atau yang dikenal dengan 3S. Penanaman ini disesuaikan dengan agama masing-masing peserta didik.
Selain penerapan 3S, penerapan lainnya adalah menanamkan kepedulian atau rasa sosial dalam diri anak. Misalnya, anak membawa sembako dari rumah. Kemudian dikumpulkan di sekolah. Dimana setiap bulan pada minggu ke-4 sembako tersebut disampaikan kepada teman-teman yang membutuhkan, panti asuhan, pondok pesantren dan di tempat-tempat sosial. Wujud kepedulian yang berkaitan dengan karakter. Lalu ada infaq tiap Jumat misalnya yang digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan
Demikian sekelumit tentang pendidikan anak Usia Dini...
Sumber;
# https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/dalam-konteks-paud-merdeka-belajar-adalah-merdeka-bermain
# https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-1588120589
#https://siedoo.com/berita-28500-penerapan-pendidikan-karakter-dan-merdeka-belajar-di-tk-pertiwi/
Sumber dari: https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-1588120589
Sumber dari: https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-1588120589
Sumber dari: https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-1588120589
Sumber dari: https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-1588120589
Sumber dari: https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-1588120589
Posting Komentar untuk " "
Silakan berkomentar dengan santun